Dilema ibu bekerja...
Pagi tadi, seperti bisa si bontot tidak mau ditinggal kerja, kasian juga... setiap hari harus rela ditinggal bersama ibu pengasuh, dilema... 😒
Yang pasti, jika bekerja waktu kerja telah ditentukan oleh kantor, kapan harus masuk dan pulang. Aku harus bisa pintar2 mengatur waktu.
Walau dengan perasaan yang berat harus meninggalkan mereka dari pagi hingga menjelang malam untuk bekerja.
Baru pergi keluar beberapa jam saja pikiran sudah melayang ke rumah, khawatir terjadi sesuatu pada si kecil. Meskipun waktu istrahat kantor diusahakan semaksimal mungkin curi waktu agar bisa pulang melihat & memantau perkembangan anak2ku.
Pernahkah Ummi berada di posisi yang sama sepertiku? Mendengar perdebatan alot tentang menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier? Kurasa tidak jarang, ya, karena masih banyak wanita yang ingin mengunggulkan pendapatnya sendiri dan meremehkan pilihan orang lain. Contohnya, ada beberapa perempuan yang merasa menjadi full time mom lebih baik karena bisa menjaga anak secara eksklusif. Mereka merasa lebih baik karena tidak pernah meninggalkan anak dengan asisten untuk pergi bekerja. Mereka menganggap ibu yang memilih bekerja daripada mengurus anak itu tidak peduli pada anaknya. Haduuuh, padahal kan belum tentu begitu, Bu. Eh, Ummi. 😜
Kini ada lagi yang dengan jumawa berkata, “Ngapain kuliah tinggi kalau ujungnya hanya di dapur?” Setelah itu, mereka bekerja dan menganggap remeh pekerjaan ibu rumah tangga. Hei, Ladies. Eh, maksudnya Ummi. Mengapa harus merasa diri lebih baik daripada yang lain. Mengapa tidak mencoba menerima perbedaan dan menelusuri kembali alasan yang membuat mereka menentukan sebuah pilihan. Menjadi full time mom atau wanita karier, yang penting anak tetap mendapatkan perhatian dan pendidikan islami yang baik dari orang tuanya.
Ah, bahkan tidak hanya wanita, kalangan bapak pun seringkali memperdebatkan dilema cinta ini. Ada yang dengan mudahnya mengatakan, “Perempuan itu ya di rumah, bukan bekerja dan bersaing dengan kaum laki-laki.” Padahal, bisa jadi sebenarnya para perempuan yang bekerja ini sesungguhnya mendambakan sekali bisa tinggal diam di rumah bersama anak-anaknya. Namun, kebutuhan rumah tangga mengharuskannya bekerja karena suaminya sakit dan tak sanggup lagi mencari nafkah, misalnya. Atau, karena alasan lain yang tidak pernah kalian tahu jika tidak mau mencari tahu atau memang tidak pernah mau tahu.
Menjadi full time mom atau wanita karier sebenarnya tidak perlu menjadi sebuah masalah sepanjang kita tetap menjadi seorang ibu yang beriman dan taat kepada Allah. Tetap menjadi seorang wanita yang tidak lupa akan kodratnya, juga tidak lupa akan kewajibannya sebagai seorang istri dan seorang ibu.
Tidak ada yang salah dan tidak ada satu pun yang berperan sebagai tersangka. Cobalah untuk berpikir positif bahwa apa pun yang para ummi pilih itu semua semata-mata karena ia cinta, cinta pada keluarga kecilnya, seperti Tania yang mau tidak mau harus membantu suami bekerja agar kebutuhan hidup di rumah dapat tercukupi, meski hati sebenarnya ingin sekali memiliki waktu full bersama anak. Memiliki waktu full melayani suami.
Setiap orang pasti memiliki alasan sendiri dalam memilih sesuatu. Mempertimbangkan dan memilih sesuatu yang potensi dampak negatifnya lebih sedikit bagi ketahanan keluarga. Semua itu hanya bisa kita lihat dari kondisi yang terjadi di kehidupan rumah tangga kita masing-masing karena tidak semua orang memiliki kondisi finansial yang sama, bukan?
Pada akhirnya, apapun pilihannya, apakah tetap bekerja atau berhenti bekerja tergantung pada pilihan hati nurani masing-masing. Yang paling penting, sebagai seorang ibu, jangan sampai merampas hak anak untuk mendapat kasih sayang serta perhatian yang cukup dari orang tua terutama ibunya. Karena anak juga adalah amanah yang akan dimintakan pertanggungjawabannya oleh yang memiliki hidup dan mati yaitu ALLAH SWT.
Komentar
Posting Komentar