Sayang kakak abieb...


Karena anak yang dulu mungil menggemaskan, mendadak terlihat besar dan (harus) dewasa saat adiknya lahir..

Karena anak yang dulu terbiasa jadi pusat perhatian utama, seringkali kini tak lagi jadi prioritas pertama Bapak Ibunya..

Karena anak yang dulu bisa memeluk Ibunya kapan saja, kini (dipaksa) belajar menunggu hingga tangan Ibu leluasa..

Karena anak yang begitu bersemangat melihat dan menyentuh adiknya, terkadang (tanpa sadar) dihardik dengan, "Jangan Kakak! Nanti adiknya sakit! Pelan pelan!"

Karena anak yang didogma dengan iming iming, "Kakak tetep disayang kok sama Bapak Ibu..", belajar berdamai dengan disonansi kognitifnya saat ia dilarang membantu urusan adiknya ini dan itu.

Dia. Anak pertama kita. Yang mungkin lahir dalam keterbatasan begitu rupa. Saat bapak ibu nya baru menapaki tangga tangga awal kehidupan berumah tangga.

Dia. Anak pertama kita. Yang mungkin lahir dalam kesempitan ekonomi. Dan terpaksa beradaptasi mulai dari merk baju hingga tempat imunisasi.

Dia. Anak pertama kita. Yang mungkin lahir saat Bapak Ibunya tak cukup bekal teori parenting. Sehingga beberapa episode hidupnya dihiasi dengan omelan dan teriakan nyaring.

Dia. Anak pertama kita. Dua garis pertama kita. Tendangan kecil di perut pertama kita. Mulas melahirkan pertama kita. Tangisan bayi pertama kita. Baby blues dan adaptasi pertama kita..

Dia. Anak pertama kita. Yang belakangan tampak begitu bertingkah. Begitu mengesalkan. Begitu memicu emosi naik ke ubun ubun..

Padahal dia. Anak pertama. Sama seperti kita. Sedang belajar beradaptasi. Dengan si adik baru. Sedang belajar memahami. Untuk terbiasa berbagi perhatian Bapak dan Ibu..

"The kids who need the most love will ask for it in the most unloving of ways"
-anonymous-

Dan dia. Anak pertama kita. Di antara semua tingkah laku menyebalkannya akhir akhir ini, hanyalah seorang anak yang menunggu pelukan lama dari Bapak Ibunya. Menunggu diyakinkan bahwa dengan kehadiran adik barunya, semua akan tetap baik baik saja..

#copas

Komentar

Postingan Populer